Aku
terbangun seperti biasa. Menatap handphone beberapa lama lalu melirik diam-diam
ke arah jam,menatap langit-langit kamar yang sama,menatap lemari,meja belajar
dan rak buku juga masih sama. Tak ada yang berbeda disini. Aku masih
bernapas,jantungku juga masih berdetak dan denyut nadiku masih bekerja dengan
normal. Memang semua mengalir seperti biasa tapi apakah yang terlihat oleh mata
benar-benar sama dengan apa yang dirasakan hati ?
Mataku berkunang-kunang.
Pagi tadi memang sangat dingin. Aku menarik selimut dan membiarkan wajahku
tenggelam disana. Tetapi,tetap saja tidak aku temukan kehangatan. Aku masih
mengigil. Aku sendirian dengan kenangan yang tidak bisa aku lupakan. Aku berharap
semua hanya mimpi dan ada seseorang yang sukarela membangunkan ku atau menampar
wajahku dengan keras.
Jujur,aku
ingin tersadar dari bayang-bayang yang selama ini aku kejar dan lagi aku masih
sendiri bermain dengan masa lalu yang sebenarnya tak ingin aku ingat lagi. Sudah
tanggal 10 november. Seberapa pentingkah tanggal 10? Memang tidak penting bagi
siapapun yang tak mempunyai hal spesial. Kita masuk ke bulan November.
Aku hanya
ingin kau tahu tak semua yang baru dapat menjamin kebahagian dan tak semua yang
berbau masa lalu menjamin kesedihan. Aku begitu yakin pada hal itu sampai pada
akhirnya aku tau rasanya perpisahan. Aku tau rasanya meninggalkan sesuatu hal
yang sebenarnya tak pernah ingin aku tinggalkan. Kamu yang dulu aku miliki tak
lagi bisa aku genggam dengan jemari.
Kita berpisah
tanpa alasan yang jelas tanpa diskusi dan interuksi. Iya. Berpisah. Begitu. Saja.
Seakan-akan semuanya hanyalah masalah sepele yang bisa dapat di sentil dengan
satu hentakan kecil,begitu mudah sampai aku tak benar-benar mengerti apakah
kita benar-benar sudah berpisah atau dulu sebenarnya kita tidak benar-benar
terikat apa-apa?
Cinta yang
dulu kita bela memang terdengar sangat manis. Segala yang semua menggoda aku
dan kamu kemudian menyatulah kita. Aku mulai berani melewati banyak hal bersamamu. Kita habiskan
waktu dengan langkah yang sama dengan denyut yang tak berbeda. Begitu seirama
tanpa cela,tanpa cacat. Sempurna. Dan aku bahagia. Bahagia? Benarkah aku dan
kamu pernah bahagia?
Jika iya
mengapa kita memilih perpisahan sebagai jalan keluar? Jika bahagia adalah
jawaban,mengapa aku dan kamu masih suka bertanya tanya? Pada Tuhan,pada manusia
dan pada hati kita sendiri. Mengapa kau harus rubah mimpi menjadi api? Mengapa kau
ubah pelangi menjadi bui? Mengapa kau harus ciptakan luka jika selama ini kau
merasa kita sudah sampai di ujung bahagia?
Kegelisahan aku
meingkat ketika aku memikirkan mu,masih diam-diam mencari tau tentang mu dan
masih sakit jika tau sudah ada yang lain,yang mengisi kekosongan hatimu. Seharusnya
aku tak perlu merasa seperti ini. Karna kau masa lalu,karna kita sudah tidak
terikat apa-apa lagi. Benar akulah yang bodoh,yang tak memutuskan diri untuk
segara berhenti.
Aku masih
berjalan,terus berjalan dengan penutup mata yang tak ingin aku buka.
Jika jemari
ditakdirkan untuk menghapus airmata mengapa kali ini aku menghapus airmata ku
sendiri? Dimana jemari mu saat kau taakbisa hapuskan airmataku?
Selamat gagal
1 tahun.